Thursday, September 25, 2008

The Poem of Hamzah Fansuri - by G.W.J Drewes and L.F. Brakel

Aho segala kita anak Adam
Jangan lupa akan Shahi Alam
Pada bahr al-dhunub jangan terkaram
Supaya 'ashiq siang dan malam

Oh my fellow-Adamites
Do not forsake the Ruler of the universe
Do not get drowned in the ocean of sin
So that you may be lovers all day long


Ashiqmu itu jangan bercawang
Meninggalkan dunia jangan kepalang
Suluh Muhammad yogya kau pasang
Pada Rabb al-alamin supaya kau datang

Let your love be undivided
And your renunciation of the world not half-hearted
Light the torch of Muhammad
In order to come to the Lord of the world


Shariat Muhammad terlalu amiq
Cahayanya terang di bayt al-atiq
Tandanya ghalib lagi sempurna tariq
Banyaklah kafir menjadi rafiq

Muhammad's religion is very profound
It brightly irradiates the ancient shrine
Indicative of its superiority and the perfection of its way
Is that it turned countless unbelievers into follower


Bayt al-atiq bernama Ka'bah
Ibadat di dalamnya tiada berlelah
Tempatnya ma'lum di tanah Mekah
Akan qiblat Islam menyembah Allah

The ancient shrine is known as the Ka'ba
The site of unflagging worship
As is well known it is located on Meccan soil
To serve as the direction to which Islam turns in prayer


Aho kita segala yang membawa iman
Jangan berwaqtu mengaji Quran
Halal dan haram terlalu bayan
Jalan kepada Tuhan dalamnya 'iyan

Oh all ye who are believers
Do not recite the Quran at set times only
What is lawful and what is forbidden are most plainly revealed there
Clearly marking the road towards god


Quran itu ambil akan dalil
Pada mizan Allah supaya thaqil
Jika kau ambil syariat akan wakil
Pada kedua alam engkaulah jamil

Take the Quran for your guide
So that you may turn God's balance in your favour
With the Law for your advocate
You will fare well in both world


Kerjakan salat lagi dan saim
Inilah ma'na bernama qa'im
Pada segala malam kurangkan naim
Napikan alam kerjakan da'im

Perform the ritual prayer and practice fasting
The explanation of qaim is this
Reduce your sleep every night
Be constantly occupied with renouncing the world


Ukhrujkan dirimu daripada sayyi'at
Jangan taqsir mengerjakan hasanat
Tuntut oleh mu hakikat salat
Supaya wasil adamu dengan Dhat

Get rid of your sins
Do not be lacking in carrying out of good works
Strive after the essence of ritual prayer
So that your being may attain with the Divine Essence


Salat itu terlalu kamal
Di dalamnya liqa' lagi dan wisal
Apabila lenyaplah daripada waham dan khayal
Engkaulah sultan yang tiada bermithal

The ritual prayer is sublime
Encompassing both meeting and union
If you get rid of delusions and fancies
You will be a ruler without compare


Malak al-mawt terlalu garang
Tiada berwaqtu iya akan datang
suluh Muhammad yogya kau pasang
Supaya mudah pulang ke sarang

The angel of death acts most indiscriminately
His coming is unpredictable
Light the torch of Muhammad
So that you may readily return to the nest


Hikmat dan khayal jangan kau cari
Supaya jangan menjadi 'asi
Kerjanya itu sifat nafsani
Tiada dapat sampai kepada rabbani

Do not go in for worldly wisdom and fancies
Lest you lapse into sin
Being given to these is characteristic of self-assertion
And bars the road to knowledge from the Lord


Hikmat dan khayal tinggalkan bapai
Supaya engkau jangan terlalai
ma'rifat dan haqiqat yogya kau pakai
Itulah amal yang tiada berbagai

Leave alone worldly wisdom and fancies
Lest you become negligent
Rather turn to gnosis and Reality
For this ia a work of incomparable value


Hamzah nin asalnya Fansuri
mendapat Wujud di tanah Shahrnawi
Beroleh khilafat ilmu yang 'ali
Daripada 'Abd al-Qadir Jilani

Hamzah, hailing from Fansur
Found the Being in the territory of Shahr-inau
His license to transmit the august science
Trace back to 'Abd al-Qadir the sayyid from Jilan

Tuesday, September 23, 2008

Selamat Menyambut Aidil Fitri, Mohon Kemaafan Dengan Suci Hati, Angkara Anggota dan Rasa Hati, Semoga Bersama Kita Diberkati

Selamat menyambut Aidil Fitri
Hari kemenangan muslim semua
Tangan disusun sepuluh jari
Tanda kemaafan kita bersama

Selamat meraikan Aidil Fitri
Hari besar muslim semua
Salah silap mohon dimaafi
Angkara hati juga anggota

Sempena Kedatangan Aidil Fitri
Mari kita satukan minda
Bersama kita membersihkan hati
Supaya rohani sentiasa mulia

Selamat bergembira di Aidil Fitri
Zakat fitrah jangan dilupa
Supaya harta lebih diberkati
Baru bahagia ikatan keluarga

Selamat bercuti menyambut Aidil Fitri
Kerja ditangan jangan dilupa
Esok nanti selepas cuti
Kerja menunggu bertimpa-timpa

Balik kampung menyambut Aidil Fitri
Ingin bertemu ayahanda dan bonda
Pandu kereta berhati-hati
Supaya selamat ahli keluarga


"SELAMAT HARI RAYA, MAAF ZAHIR DAN BATIN"



Daripada Ahmad Rais Johari dan Keluarga
Pembantu Teknik
Pusat Sistem Maklumat Bersepadu (PSMB)
Unit Rangkaian, UiTM Malaysia.
Merangkap Pegawai Pembangunan Pelajar Non-Resident UiTM Malaysia.

Monday, September 22, 2008

Saat-Saat Rasullullah Menghembuskan Nafasnya Yang Terakhir..

Pada pagi yang hening itu, walaupun langit telah mulai menguning kecerah-cerahan akibat pancaran mentari pagi yang bakal menjengukkan wajahnya, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap seakan memahami sesuatu yang besar akan berlaku. Rasulullah dengan suara terbatas menyampaikan khutbahnya "Wahai umatku, kita semua berada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap para sahabatnya satu persatu.


Abu Bakar menatap mata itu dengan matanya yang bersinar-sinar, Umar menahan naik turun nafas dan sedihnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya penuh khusyuk dalam-dalamnya. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat dikala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda keberangkatannya ke alam selepas kehidupan semakin nyata dan menyerlah.


Semasa Ali dan Fadhal dengan pantas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik yang berlalu dan menghentikan perjalanan masa. Matahari naik kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam sambil berkata "Bolehkah saya masuk ke dalam?" tanyanya. Fatimah membuka pintu dan berkata kepada orang itu "Maafkanlah, ayahku sedang demam,". Fatimah tidak mengizinkannya masuk, dan terus membalikkan badan dan menutup pintu.


Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah orang itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya, aku tidak pernah melihatnya sebelum ini," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang yang penuh kasih sayang dan menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Sesungguhnya, ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.


Malaikat maut pun datang menghampiri Rasulullah, tapi Rasulullah bertanya kepada malaikat maut kenapa Jibril tidak ikut bersamanya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini."Wahai Jibril, jelaskan kepada ku apakah hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah kepada Jibril. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," balas Jibril. Tapi jawaban itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan kuwatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," sambung Jibril.


Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengeluh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat yang menyampaikan wahyu itu."Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengeluh, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. Ya Allah, "dahsyat bahana maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku jangan pada umatku. ".


Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya menghampiri mulut Rasullulah "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku", maksudnya, peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.


Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kepucatan "Ummatii, ummatii, ummatiii?"..."Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.


Disaat-saat terakhir itu, Rasululuah masih mengenangkan umatnya. Baginda masih memikirkan tentang umatnya. Baginda begitu mengasihi dan menyintai umatnya. Persoalannya, mampukah kita umat islam mengasihi dan mencintai Rasulululah sebagaimana baginda mengasihi dan mencintai kita umatnya.

Majlis Berbuka Puasa Bersama Sahabat Lama Masa Belajar Di UiTM Dulu

Semalam (21/9/2008) Asmidar dan keluarga, Azmi dan keluarga berbuka puasa dirumah saya diKolej Delima Tiga, setelah hampir 15 tahun meninggalkan UiTM kami bertemu semula, terkenangkan masa-masa lalu yang telah kami lalui sebagai mahasiswa UiTM, pada masa saya menjadi YDP JPP sesi 91/92.

Asmidar dan Azmi atau lebih dikenali dengan nickname Girrr adalah diantara orang kuat saya semasa kempen pilihanraya JPP, merekalah yang bertungkus lumus menampal poster saya sehingga lewat pagi hingga dikejar oleh Pak Guard. Asmidar telah mempunyai 4 orang anak manakala Girr mempunyai 3 orang anak tapi saya masih lagi seorang anak. Belum ada rezeki untuk menambah anak lagi.

Saturday, September 20, 2008

Konvensyen Mini Kumpulan Inovasi dan Kreatif (KIK) Mahasiswa UiTM Malaysia - Suatu Usaha UiTM Membudayakan Kualiti Dalam Hidup Mahasiswa






Bermula daripada pagi tadi sehingga petang, saya berada di Bilik Seminar, Kolej Melati, UiTM Malaysia, bagi menghadiri Konvensyen Mini KIK Mahasiswa UiTM Malaysia. Sebanyak 10 kumpulan membentangkan projek KIK masing-masing, 6 daripada 10 kumpulan ini akan dipilih untuk menyertai KIK diperingkat Kebangsaan pada Januari 2009 nanti.

Saya menjadi fasilitator Kumpulan IDEAS dari Kolej Delima, kumpulan IDEAS yang dianggotai oleh mahasiswi Fakulti Perubatan, terpilih sebagai finalis diperingkat kebangsaan yang akan diadakan Januari 2009 nanti. Difahamkan Konvensyen KIK diperingkat kebangsaan nanti akan melibatkan semua UiTM di Kampus Cawangan daripada Perlis hinggalah ke Sabah.

Tahniah kepada pasukan Great Teenagers Innovative dari Kolej Anggerik kerana menjuarai mini konvensyen kali ini....tapi harus BARANG diingat, pasukan Seroja Viva Storm dari Kolej Seroja dan pasukan IDEAS dari Kolej Delima akan memberikan tentangan hebat kepada anda pada Konvensyen di peringkat kebangsaan pada Januari 2009 nanti.

Prof. Madya Dr. Rosmin Talib, Pengarah Pembangunan Pelajar, Bahagian Hal Ehwal Pelajar dalam kata-kata aluan beliau berpendapat Mini Konvensyen KIK ini wajar dijadikan platform oleh mahasiswa UiTM untuk mengetengahkan idea, inovasi, kreativiti serta penyelesaian masalah terbaik untuk dikongsi bersama oleh semua warga UiTM terutamanya mahasiswa yang menginap di kolej-kolej kediaman.

En. Ibrahim Othman, Pengetua Kolej Puncak Perdana merangkap Pengerusi Kumpulan Inovasi Kreatif Pelajar, Bahagian Hal Ehwal Pelajar berpendapat KIK perlu dijadikan platform oleh mahasiswa UiTM untuk mencipta harapan dan mengilhamkan masa depan melalui percambahan fikiran yang dinamik dan penyelesaian masalah yang praktikal terhadap sebarang masalah yang terdapat didalam ruang lingkup persekitaran mahasiswa belajar dan menginap di UiTM.

Thursday, September 18, 2008

Nasihat Dr. Raja Nazrin kepada Mahasiswa

"Universiti dan negara tidak sewajarnya berbangga dengan kelahiran ramai graduan berijazah tinggi sekiranya pemikiran para graduan terkurung dalam sangkar ilmu yang sempit dan tidak berupaya menerokai kehidupan insan dan kehidupan alam yang lebih menyeluruh."


-- Pro Canselor Universiti Malaya, Raja Dr Nazrin Shah

(Sumber - BERNAMA)

Wednesday, September 17, 2008

Tanda -Tanda Hati Yang Mati dan Hati Yang Hidup....

"Sebahagian daripada tanda-tanda hati yang mati ialah tidak berasa sedih(dukacita) kerana meninggalnya suatu amal kebaikan(kewajiban), kebajikan, amal makruf atau pahala dan juga tidak berasa menyesal jika melakukan suatu pelanggaran, kemusnahan, kekejian, kemaksiatan atau dosa"

Apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan hati yang hidup dan hati yang mati dalam istilah pengurusan kalbu untuk meraih kejayaan abadi dan hakiki yang telah dibincangkan dalam pos-pos yang lalu? Hati yang kita bincangkan ini bukan hati yang dirawat oleh doktor terhadap pesakit hepititis A atau B, organ dalaman yang terdapat didalam sangkar rusuk, yang dipanggil liver dalam bahasa inggeris yang mempunyai peranan penting dalam metabolisme. Maksud hati yang kita bincangkan disini ialah kalbu, perasaan jiwa yang dalam dilubuk sanubari.

Ketika hati dipenuhi dengan rasa cinta, kasih, sayang dan rindu terhadap keagungan dan mengagungkan Allah, maka dikala itu, hati itu menjadi hidup, tatkala perasaan sedemikian hilang daripada hati kita, maka pada ketika itu, hati itu menjadi mati. Sebagai manusia biasa, semua daripada kita akan melalui fenomena ini, iaitu iman kita tidak konsisten setiap masa, pada satu ketika, iman kita ditahap 85%, disatu ketika lain ia turun menjadi 50%, pada masa yang lain pula ia meningkat kepada 55% dan pada ketika lain pula menurun kepada 30%.

Ini adalah kelemahan manusia, itulah realiti yang telah difirmankan oleh Allah S.W.T "Manusia itu bersifat lemah" (QS An-Nisa' ayat 28). Ini merupakan ketetapan Allah demi sebuah hikmah yang luar biasa dimana Allah telah berkehendak agar kemampuan manusia secara fizikal dan materi terbatas, diselumbungi oleh kecenderungan oleh hawa nafsu dan tidak sepi daripada was-was syaitan. Ini semua adalah fitrah iman dan realiti kehidupan dimukabumi ini. Rasululah bersabda "Semua anak cucu Adam melakukan kesalahan(kekeliruan). Sebaik-baik yang melakukan kesalahan(kekeliruan) adalah orang yang mahu bertaubat" Diriwayatkan oleh Iman Ahmad, Ar Tarmizi, Ibnu Majah dan Hakim dari hadist Anas bin Malik(Sanadnya sahih)

Hikmah dijadikan keadaan sedemikian kepada manusia ialah supaya manusia insaf bahawa hanya pertolongan Allah yang dapat membebaskan manusia daripada maksiat, jatuh ke lembah perdayaan syaitan, tenggelam didalam arus kenikmatan hawa nafsu dan sebagainya. Tetapi setelah kita terjatuh ke lembah kesalahan atau maksiat, mata hati kita yang bernama kalbu yang duduk di dalam sanubari kita berbisik "sesungguhnya aku telah melakukan kesalahan dan maksiat, aku bersalah pada mu Ya Allah". Timbul penyesalan dalam hati terhadap kesalahan kita itu. Timbul keazaman untuk bertaubat kepada Allah. Itu adalah tanda-tanda hati yang HIDUP. Sebaliknya, jika hati kita tidak merasa bersalah terhadap segala dosa yang kita lakukan, malahan merasa megah dan bangga dengan dosa tersebut, maka sesungguhnya itulah tandanya hati yang MATI.

Semoga kita semua tergolong dikalangan orang-orang yang mempunyai hati yang hidup, hati yang bersih dan hati yang terbuka untuk menerima taufik dan hidayah daripada Allah S.W.T Kita mohon supaya bantuan dan pertolongan Allah sentiasa bersama kita dalam mengharungi kehidupan yang penuh pancaroba ini.

(Rujukan Utama : Syarah Al-Hikam Al-'Ataiyyah - Ibnu 'Ataillah)

Apa itu 'Jiwa-Jiwa Yang Tenang'?

"Orang yang bahagia adalah orang selalu stabil dalam suatu sikap dan keadaan iaitu orang bertaqwa; jika kaya rezeki dia selalu berwaspada dan tidak sombong, jika dalam kefakiran dia sabar,jika diberi nikmat kesihatan dia gunakan sebagaimana selayaknya dan jika diuji dengan cubaan dia tidak resah dan gelisah"

Dr 'Aidh Abdullah Al-Qarni

Saturday, September 13, 2008

Majlis Berbuka Puasa Anjuran Jawatankuasa Perwakilan Penduduk , Pangsapuri Baiduri, Seksyen 7, Shah Alam, Selangor, Malaysia.




Pada hari ini (13/9/2008) saya dan keluarga berbuka puasa di Pangsapuri Baiduri, Seksyen 7, Shah Alam bersama Jawatankuasa Perwakilan Penduduk dan mahasiswa/i UiTM yang menyewa di apartment tersebut, menurut Pengerusi JPP Pangsapuri Baiduri, En. Hanafi, hampir 85% populasi yang menginap di Pangsapuri Baiduri ialah mahasiswa/i dari UiTM. Saya kerap dihubungi oleh mereka bila ada masalah yang berkaitan dengan mahasiswa/i UiTM disini.

Saya ingin merakamkan berbanyak terima kasih kepada JPP Baiduri kerana menganjurkan majlis seperti ini untuk mengeratkan perhubungan antara penduduk dan mahasiswa/i UiTM yang menginap disini.

Syair Hamzah Fansuri - Tentang Sifat Rahman dan Rahim Allah S.W.T Melalui PenciptaanNya

Syekh Hamzah Fansuri adalah seorang cendekiawan, ulama tasauf, sastrawan, budayawan dan ilmuan yang terkemuka yang diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17 di Fansur iaitu nama bagi daerah yang dikenali oleh pedagang Arab sebagai Barus, Barus sekarang adalah sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra yang terletak diantara kota Sibolga dan Singkel.

Beliau juga adalah guru kepada Shamsudin Pasai, iaitu, seorang ulama tasauf yang menjadi penasihat Sultan Aceh semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Beliau banyak mengkritik perilaku Sultan Aceh, terutamanya semasa era pemerintahan Sultan Iskandar Tsani yang mengantikan Sultan Iskandar Muda yang mangkat pada tahun 1630, beliau juga kecewa dengan sikap dan perangai para bangsawan yang bersifat pemeras, orang-orang kaya yang tamak haloba dan sistem politik kesultanan Aceh yang tidak mengamalkan budaya ilmu melalui prosa syair-syairnya.

Selepas kemangkatan Sultan Iskandar Muda
, Kerajaan Kesultanan Islam Aceh diganti dengan Sultan Iskandar Tsani, Baginda Sultan melantik Syekh Nuruddin Al-Raniri sebagai penasihat baginda, Al-Raniri adalah ulama dari Gujerat, India dan datang ke Aceh semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, beliau menuduh Hamzah Fansuri dan Shamsudin Pasai sebagai kafir lagi zindik, perbalahan mereka berpunca daripada idea wujudiah yang dipelopori oleh Hamzah Fansuri manakala Al-Raniri pula adalah anti-wujudiah, disebabkan Sultan Iskandar Thani berada di pihak Al-Raniri maka semua buku-buku dan kitab-kitab yang dikarang oleh Hamzah Fansuri dibakar dan dimusnahkan dengan alasan fahaman Hamzah Fansuri salah dan sesat.

Justeru itu, hanya sedikit yang sahaja daripada kitab-kitab karangan Hamzah Fansuri yang dapat diselamatkan dan sampai kepada kita sekarang. Dibawah ialah syair Hamzah Fansuri yang mengesahkan tentang sifat Rahman dan Rahim Allah S.W.T melalui penciptaanNya.

Aho segala kita yang jahilin
Jangan kaulupakan Rabb al-Alamin
Tanda kita umat sayyid al-mursalin
Mencari Tuhan jangan ghafilin

Tuhan kita yang bernama qadim
Pada sekalian makhluq terlalu karim
Tandanya qadir lagi hakim
Menjadikan alam dari Al-Rahman Al-Rahim

Rahman itulah yang bernama Sifat
Tiada bercerai dengan kunhi Zat
Di sana perhimpunan sekalian ibarat
Itulah hakikat yang bernama ma'lumat

Rahman itulah yang bernama Wujud
Keadaan Tuhan yang sedia ma'bud
Kenyataan Islam, Nasrani dan Yahud
Dari Rahman itulah sekalian maujud

Ma'bud itulah yang terlalu bayan
Pada kedua alam
kull qawm huwa fi sya'n
Ayat ini daripada Surah Al-Rahman
Sekalian alam di sana hairan

Ma'bud itulah yang bernama haqiq
Sekalian alam di dalamnya ghariq
Olehnya itu sekalian fariq
Pada kunhi-Nya tiada beroleh tariq

Haqiqat itu terlalu 'iyan
Pada rupa kita sekalian insan
Ayna-ma tuwallu suatu burhan
Fa tsamma wajhu Allah pada sekalian maqan

Insan itu terlalu 'ali
Hakikat Rahman yang mahabaqi
Ahsanu taqwimi itu rabbani
Akan kenyataan Tuhan yang bernama subhani

Subhani terlalu 'ajib
Dari habl al-warid pun ia qarib
Indah sekali qadi dan kahtib
Demikian hampir tiada bernasib

Aho segala kita yang 'asyiqi
Ingat-ingat akan ma'nn insani
Jika sungguh engkau bangsa ruhani
Jadikan dirimu rupa sultani

Kenal dirimu hai anak 'alim
Supaya engkau nentiasa salim
Dengan dirimu yogya kau qaim
Itulah hakikat salat dan sa'im

Dirimu itu bernama khalil
Tiada bercerai dengan Rabb Al-Jalil
Jika dapat ma'na dirimu akan dalil
Tiada berguna madzhab dan sabil

Kulu man 'alay-ha fanin ayat min Rabbihi
Menyatakan insan
irji'i illa asliki
Akan insan yang beroleh tawfiqihi
Supaya karam di dalam
sirru sirrihi

Situlah wujud sekalian fanun
Tinggallah engkau daripada
mal wa'l-banun
Engkau 'asyiq terlalu junun
inna li-LLahi wa inna ilayhi raji'un

Hamzah gharib unggas quddusi
Akan rumahnya Bait Al-Ma'muri
Kursinya sekalian kapuri
Min al-asyjari di negeri Fansuri

(Sumber - Manuskrip Leiden Cod. Or 2016 - Hamzah Fansuri - Risalah Tasawuf dan Puisi-Puisinya oleh Abdul Hadi W.M dan The Poems of Hamzah Fansuri - G.W.J Drewes and L.F. Brakel)

Glossary Bahasa Arab

Jahilin - orang yang jahil
Rabb al-Alamin - Tuhan Semesta Alam
sayyid al-mursalin - Nabi Muhammad S.A.W
ghafilin - malas
qadim - ada sebelum semuanya ada (Being without beginning or end; existing outside of time
)
karim - Murah hati.
qadir - Amat berkuasa
Al-Rahman Al-Rahim -
Maha Penyayang lagi Maha Pengasih
kunhi - Intipati
ma'lumat - pengetahuan
Wujud - Ada
Ma'bud - (worshipped )
Yahud - Yahudi
Maujud - Ada dan berwujud
bayan - Penerangan (explaination)
kull qawm huwa fi sya'n - each day He is in something engaged
haqiq - Benar
ghariq - tenggelam (immersed)
fariq - (party)
tariq - Jalan
Haqiqat - hakikat
'iyan - pandangan (View)
Ayna-ma tuwallu - dimana sahaja kamu berpusing atau berada
burhan - Bukti (Proof)
Fa tsamma wajhu - disitu ada wajah Allah
maqan - tempat (place)
'ali - Tinggi
Mahabaqi - Maha kekal
Ahsanu taqwimi - Sebaik-baik bentuk (QS 95:4)
rabbani - Tuhan
subhani - Disucikan
'ajib - hairan
habl al-warid - urat leher (jugular vein)
qarib - dekat, rapat
qadi - Hakim
kahtib - preacher
'asyiqi - asyik
ma'nn insani -
ruhani - spritual
sultani - Sultan
'alim - Sakit (Painful)
salim - selamat
qaim - Berdiri (Standing)
salat - Solat 5 kali satu hari
sa'im - Berpuasa dibulan Ramadan
khalil - Sahabat
Rabb Al-Jalil
sabil - Jalan
Kulu man 'alay-ha fanin - Tiap2 yg ada dibumi akan binasa (all eathly things will pass away) (refer to QS 55:26)
min Rabbihi - Daripada Tuhan
irji'i illa asliki - kembali kepada Tuhan mu
tawfiqihi -
to give aid to (someone in time of difficulty)
sirru sirrihi - Rahsia yang amat dalam
fanun - hilang meresap dipermukaan, pengewapan (evanescent)
mal wa'l-banun - property and progeny
junun - gila (madness - mystical ecstasy)
inna li-LLahi wa inna ilayhi raji'un - Daripada Allah kamu datang dan kepadanya kamu kembali
gharib - Tenggelam
quddusi - Suci
Bait Al-Ma'muri - Ka'ba

Friday, September 12, 2008

Asal Usul Kejadian Manusia Pertama Menurut Al Quran

DIALOG ALLAH DENGAN PARA MALAIKAT


Apabila Allah SWT hendak menjadikan manusia yang pertama di muka bumi ini, maka Allah SWT memberitahu kepada Malaikat bahawa Allah SWT akan menjadikan sejenis makhluk yang berlainan daripada Malaikat dan juga tidak sama dengan makhluk-makhlukNya yang lain yang ada pada masa itu. Makhluk yang dimaksudkan ialah manusia. Manusia akan menjadi khalifah di muka bumi untuk membangunkan dunia ini sebagai tempat menjalani kehidupan. Dialog Allah SWT dengan para Malaikat tentang kejadian awal manusia. Allah berfirman kepada Malaikat “Aku akan menjadikan di atas muka bumi ini khalifah”, Para Malaikat menjawab ”Apakah Engkau ya Allah akan menjadikan khalifah di atas muka bumi ini? mereka yang akan melakukan bencana dengan menumpahkan darah sesama sendiri, sedangkan kami makhluk yang sentiasa beribadat dengan bertasbih, bertahmid dan mengucap Subhanallah kepada Engkau.” Allah menjawab kepada para Malaikat ”Sesungguhnya aku mengetahui apa-apa yang tiada kamu tahui” (QS al-Baqarah ayat 30). Dengan jawaban tersebut semua Malaikat akur dan mengakui bahawa sesungguhnya Allah SWT itu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Lalu Allah SWT menjadikan manusia walaupun mendapat bantahan daripada Para Malaikat.


ASAL KEJADIAN MANUSIA MENGIKUT AL-QURAN


Allah menjadikan Adam daripada tanah liat dengan rupa bentuk yang sempurna dan cantik. Firman Allah ”Sesungguhnya Kami jadikan manusia dengan sebaik-baik bentuk” (QS al-Tin ayat 4).


ADAM DIHIDUPKAN


Setelah tubuh Adam sempurna dijadikan oleh Allah, ku tiupkan rohKu (kepunyaan ku) kepada jasad Adam, yang ditempa daripada tanah, maka bertiaraplah mereka (malaikat) sujud kepadanya (QS al-Sad ayat 72). Bersama-sama dengan roh dimasukan juga tenaga yang menjadi kekuatan kepada jasad itu, Tuhan mengabungkan nafsu, akal dan kemahuan (iradah) dengan roh dalam jasad manusia. Disamping nafsu, akal dan kemahuan yang menjadi tenaga dalam jasad Adam, Allah masukan juga dalam diri Adam apa yang dipanggil ”hawa” iaitu suatu perasaan cenderung melakukan dosa. Allah S.W.T menjelaskan tentang hawa ”Dan janganlah engkau (Nabi Daud) menurut hawa, maka kelaknya ia akan menyesatkan kamu dari jalan (agama) Allah” (QS al-Sad, ayat 26)


SEMPURNA KEJADIAN MANUSIA PERTAMA


Setelah Adam hidup dengan jasmani(jasad), rohani, nafsu, akal dan hawa, maka sempurnalah sifat-sifat kemanusiaan pada manusia yang pertama iaitu Adam. Maka sempurnalah kejadian manusia yang pertama. Sesungguhnya manusia adalah sebaik-baik kejadian dan makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.


ADAM BELAJAR DAN DIBERIKAN ILMU PENGETAHUAN OLEH ALLAH S.W.T


Apabila Adam telah hidup dan digelar manusia, maka Allah kurniakan kepada Adam ilmu pengetahuan yang amat luas dan Allah memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada manusia (Adam). Allah mengajar kepada Adam ilmu pengetahuan, Dia mengajar Adam akan segala nama benda di atas muka bumi ini, kemudian Dia memerintahkan para Malaikat supaya menyebut nama-nama benda sebagaimana yang diajar kepada Adam. Para Malaikat mengaku tidak tahu nama-nama benda itu kecuali mengetahui apa yang diajarkan oleh Allah kepada mereka sahaja. Selepas itu Allah memerintahkan Adam supaya menyebut nama-nama benda tersebut sebagaimana yang diajarkan oleh Allah, lalu Adam menyebutnya satu persatu dengan lancar.


Setelah itu Allah perintahkan para Malaikat supaya hormat sujud kepada Adam, perintah itu dituruti dan dipatuhi oleh semua para Malaikat kecuali Iblis, maka iblis dihalau oleh Allah dari rahmat-Nya, dan Iblis termasuk dalam golongan ”kufur” iaitu mereka yang engkar perintah Allah. Allah berfirman ”Maka apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya maka Aku tiupkan roh, maka hendaklah para Malaikat tunduk dan sujud kepadanya (Adam), maka para Malaikat sujud semuanya kecuali Iblis, ia menjadi degil dan menyombongkan diri dan dia termasuk ke dalam golongan orang kafir” (QS al-Sad ayat 72-74).


BAGAIMANA HAWA (ISTERI ADAM) DIJADIKAN


Setelah lengkap dan sempurna kejadian Adam, maka hiduplah Adam disuatu tempat yang bernama syurga, Suatu hari Adam bersiar-siar menyaksikan keindahan syurga dengan kehijauan yang menyamankan mata yang memandang, derauan air sungai yang mengalir tanpa henti dan kicauan unggas yang berpasang-pasangan, lantas, terlintas didalam hati Adam, dia merasa kesunyian kerana tiada teman untuk berbicara dan tidak ada sesiapa yang akan menenangkan jiwanya.


Pada suatu ketika, sebaik sahaja bangun daripada tidur, tiba-tiba Adam melihat seorang manusia disampingnya, lalu Adam pun bertanya ”Siapakah engkau?” Manusia itu menjawab ”Saya seorang perempuan yang dijadikan untuk berjinak-jinak dengan kau”. Malaikat pun bertanya ”Siapakah nama perempuan itu?”. Jawab Adam ”Hawa”, Malaikat bertanya ”Kenapa namanya Hawa?” Adam menjawab ” kerana ia dijadikan daripada benda yang hidup, iaitu, dirinya (Adam) sendiri” (QS an-Nisa ayat 1). Dari segi akidah dan tauhid kita wajib percaya bahawa Adam dijadikan daripada tanah melalui proses tertentu oleh Allah S.W.T dan Hawa dijadikan daripada diri Adam yang satu. Jadi Hawa perlu taat kepada Adam.


ADAM DAN HAWA DIPERINTAH TINGGAL DALAM SYURGA


” Dan kami berkata; Wahai Adam tinggallah engkau dan isteri engkau dalam syurga dan makanlah makanan-makanan yang terdapat pada nya dengan mewah dan pilih apa saja yang engkau berdua inginkan dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, kalau kamu berdua berbuat demikian makan engkau berdua akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang zalim” (QS al-Baqarah ayat 35)


Lalu Kami berfirman : Wahai Adam sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh engkau dan musuh isteri engkau, maka sekali-kali jangan sampai ia (Iblis) mengeluarkan engkau berdua dari syurga yang menyebabkan kamu akan mendapat celaka (kehidupan engkau menjadi susah berbanding hidup di syurga), sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya (syurga) dan tidak akan bertelanjang (tidak memakai pakaian)”(QS Thaha ayat 117-119)


ADAM DAN HAWA DIKELUARKAN DARI SYURGA DAN MENJALANI HIDUP DI BUMI


Iblis berjaya memperdayakan Adam dan Hawa dengan mengatakan bahawa ”Kalau engkau berdua dapat memakan buah yang dilarang oleh Allah itu, kamu akan dapat hidup kekal dalam syurga”. Adam dan Hawa pun terpengaruh dengan kata-kata Iblis itu serta didorong oleh perasaan ingin terus hidup mewah dalam syurga, lalu mereka memakan buah larangan Tuhan itu. Bermula disaat itu, mereka telah melanggar perintah tuhan, setelah menyedari kesalahan tersebut, maka Adam telah meminta keampunan dari Allah dan Allah telah memberi keampunan kepada mereka berdua. (QS Taha ayat 120-121)


Setelah itu, Adam dan Hawa diperintahkan meninggalkan syurga dan turun ke bumi, dan dibumi keturunannya akan hidup bermusuh-musuhan antara satu sama lain dan Allah akan mengirimkan petunjuk (hidayah) kepada Adam suami isteri dan kepada zuriat mereka, dan sesiapa yang menurut petunjuk itu maka ia tidak akan sesat, menderita dan tidak akan merasa takut dan tidak akan berdukacita. (QS Taha ayat 123).


(Rujukan Utama: Tafsir Quran Karim by Prof. H. Mahmud Yunus 30 Juzu)

Apakah Konsep Ilmu Menurut Perspektif Islam?

Dalam pengertian Barat moden khususnya kepada aliran yang berpegang kepada kaedah sains , ilmu merujuk kepada pengenalan atau persepsi jelas tentang fakta-fakta. Fakta-fakta merujuk pula kepada perkara yang boleh ditanggapi oleh pancaindera zahir, yakni yang bersifat empirikal. Perkara-perkara yang diluar pencapaian panca indera zahir tidak disebut fakta dan tidak dikira termasuk dalam ruanglingkup ilmu, ilmu laduni tidak diiktiraf sebagai ilmu dalam kacamata barat. Pendukung utama ini, iaitu fahaman empiricme diantaranya ialah David Hume, John Locke, Herbert Spencer dan lain-lain lagi.

Prof. Syed Muhammad al-Naquib al-Attas mentakrifkan ilmu dengan mengenengahkan kembali takrif yang pernah dikemukakan oleh Fakhruddin Al-Razi (m.1209M): Merujuk kepada Allah sebagai sumber segala ilmu, ilmu adalah ketibaan makna ke dalam diri seseorang. Bila merujuk kepada diri sebagai penafsir, ilmu adalah ketibaan diri seseorang kepada makna sesuatu. Takrif tersebut dengan sendirinya menjelaskan bahawa ilmu tidak sama dengan fakta atau maklumat, walaupun, tentunya ilmu memerlukan maklumat. Ilmu memerlukan maklumat yang benar yang membawa makna kepada pemilikNya.

Para ilmuan islam mengkelasifikasi hiraki ilmu kepada dua, iaitu ilmu fardhu ain dan kifayah. Kedua-duanya bersepadu dan tidak boleh dipisahkan, ilmu fardhu ain pada dasarnya merujuk kepada ilmu-ilmu asas yang wajib dipelajari oleh semua orang dengan tugas dan peranan sebagai hamba dan khalifah Allah, manakala ilmu fardhu kifayah pula merujuk kepada bidang-bidang ilmu yang diperlukan oleh masyarakat dan wajib dituntut oleh yang sebahagian untuk mencukupi keperluan masyarakat.

(Rujukan Utama: Faham Ilmu Pertumbuhan dan Implikasi oleh Mohd. Idris Jauzi)

Thursday, September 11, 2008

Asal Usul Nabi Khaidir

Nama sebenar Nabi Khaidir ialah Balya Bin Malkan Bin Faligh Bin ‘Abir Bin Syalikh Bin Arfakhsyaz Bin Sam Bin Nabi Nuh, dan gelarannya pula ialah Abu Al’ Abbas, Beliau juga dikenali dengan panggilan Khaidir kerana dua sebab, sebab pertama Rasulullah s.a.w bersabda: “ia dinamakan Khaidir kerana ketika ia duduk diatas rumput tiba-tiba memancar cahaya hijau dari arah belakangnya (Hadis Abi Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari), sebab kedua, Al-Khattaby berkata: Dia dinamakan Khaidir kerana wajahnya cantik dan berseri-seri (Rujuk al-Bidayah Wal Nihayah-Ibnu Katsir 1/327).


Malkan iaitu ayahanda kepada Nabi Khaidir adalah seorang Raja yang amat berpengaruh dan terkenal dengan kekejamannya, ketika Nabi Khaidir masih kecil dia dihantar belajar dengan seorang guru yang berakhlak mulia. Diantara rumah guru dan Istana Malkan, ada seorang ahli ibadah yang mana Nabi Khaidir amat tertarik dengannya, maka dia belajar dan tinggal bersama orang yang ahli ibadah itu.


Gurunya beranggapan bahawa Nabi Khidir berada di Istana Raja Malkan, manakala, Raja Malkan pula beranggapan bahawa Nabi Khaidir berada di rumah gurunya, tetapi sebenarnya, Nabi Khaidir tinggal dan belajar secara tidak rasmi dengan orang yang ahli ibadah itu.


Setelah Nabi Khaidir meningkat ewasa, pembesar-pembesar istana mencadangkan supaya dia segera dikahwinkan untuk mendapatkan keturunan atau generasi penerus Kerajaan Raja Malkan, kemudian Raja Malkan menawarkan dan menyuruh Nabi Khaidir mendirikan rumahtangga. Bagaimanapun Nabi Khaidir enggan menerima tawaran tersebut, setelah berulangkali disuruh oleh Ayahandanya, akhirnya Nabi Khaidir bersetuju dan berkahwin dengan seorang puteri raja.


Setelah agak lama menjadi pasangan suami isteri maka Nabi Khaidir memberitahu isterinya. Nabi Khaidir berkata kepada isterinya ”Aku beritahu kepadamu tentang suatu rahsia ku, jika kamu rahsiakan, kamu akan selamat di dunia dan di akhirat tetapi jika kamu bocorkan rahsia ku ini, kamu akan disiksa di dunia dan di akhirat”. Isterinya bertanya ”Apakah rahsia itu?” Nabi Khaidir menjawab ”sesungguhnya aku ini seorang lelaki yang beragama Islam. Bukan seperti ayahku dan aku tidak memerlukan perempuan dalam hidupku, oleh itu, jika kamu bersetuju hidup bersamaku dan mengikut agamaku, maka, kita boleh terus hidup bersama, dan sekiranya, kamu tidak setuju dengan ku, maka aku membenarkan kamu pulang ke rumah keluargamu”. Isteri Nabi Khaidir membalas ”aku akan terus setia bersama mu”.


Setelah lama berumahtangga dan tidak mempunyai anak maka pembesar negara dan orang ramai bertanya kepada Raja Malkan ”Bahawasanya anak kamu itu sebenarnya mandul dan tidak dapat memperolehi anak”, lantas Raja Malkan bertanya kepada Nabi Khaidir, kata Raja Balkan ”telah lama kamu berkahwin, tetapi, sehingga hari ini kamu masih belum mempunyai anak”, balas Nabi Khaidir ”Hal ini bukan dibawah kekekuasaanku tetapi dibawah kekuasaan Tuhanku Allah S.W.T. Dia mengurniakan anak kepada sesiapa yang dikehendakiNya”.


Soalan yang sama ditanya oleh Raja Malkan kepada isteri Nabi Khaidir, jawaban yang diperolehi daripada isteri Nabi Khaidir adalah sama sebagaimana yang diperolehi daripada Nabi Khaidir. Setelah sekian lama telah berkahwin tetapi masih belum dikurniakan anak, maka Raja Malkan menyuruh Nabi Khaidir menceraikan isterinya. Nabi Khaidir enggan berbuat demikian pada mulanya, tetapi Raja Malkan terus memaksa Nabi Khaidir dan akhirnya Raja Malkan memisahkan antara Nabi Khaidir dan isterinya, kemudian, secara paksa, Raja Malkan mengahwinkan Nabi Khaidir dengan seorang janda muda yang telah mempunyai anak dengan harapan mudah-mudahan perkahwinan ini nanti akan membuahkan hasil, iaitu, mempunyai anak untuk meneruskan keturunan dan Kerajaan Raja Malkan.


Malangnya, keadaan yang sama berlaku, setelah lama berkahwin, mereka masih belum dikurniakan anak, apabila Nabi Khaidir ditanya tentang hal ini, jawabannya sama seperti dahulu, kemudian Raja Malkan bertanya kepada isteri kedua Nabi Khaidir ”Kamu ini adalah janda muda yang sudah mempunyai anak sebelum kahwin dengan anakku, kenapa pula kamu tidak memperolehi anak setelah berkahwin dengannya?”. Isteri kedua Nabi Khaidir pun menjawab ”semenjak kami kahwin sehingga sekarang, saya tidak pernah disentuh sama sekali oleh beliau.” Kemudian isteri pertama Nabi Khaidir dipanggil dan ditanya, jawabannya sama belaka.


Nabi Khaidir dipanggil oleh Raja Malkan; dan dia dimarahi dengan bahasa yang kesat dan kasar, sehingga hati Nabi Khaidir terasa, justeru itu, Nabi Khaidir berasa tidak bahagia, selesa dan tenteram untuk tinggal di Istana Raja Malkan, akhirnya Nabi Khaidir meninggalkan Istana Raja Malkan dan pergi merantau, Raja Malkan , ayahanda kepada Nabi Khaidir amat sedih dan menyesal dengan kejadian itu , justeru Baginda Raja Malkan mengerahkan 100 orang untuk mencari Nabi Khaidir ditempat yang berlainan, sebelah utara, selatan, timur dan barat, mereka berpecah mengikut kumpulan, akhirnya, sekumpulan sepuluh orang berjaya menemui Nabi Khaidir di sebuah pulau yang kecil dan terpencil.


DIALOG NABI KHIDIR DENGAN KUMPULAN SEPULUH


Nabi Khaidir berkata kepada kumpulan 10 orang ini. ”Aku akan katakan sesuatu yang bila kamu rahsiakan, kamu akan selamat di dunia dan akhirat, tetapi jika kamu bocorkan rahsia ini, kamu akan disiksa didunia dan diakhirat.” Mereka kumpulan 10 bertanya ”Apakah rahsia itu.?’ Namun Nabi Khaidir bertanya lagi kepada mereka, ”Adakah orang lain yang mencari aku selain daripada kamu sekelian yang bersepuluh.” ”Ya, Ada” balas mereka, Nabi Khaidir terus berkata ”Jika kamu merahsiakan pertemuan kita ini daripada Ayahanku, dengan tidak memberitahu kepada Ayahanda ku tentang pertemuan kita di pulau kecil ini, sebabnya, jika kamu beritahu Ayahanda ku tentang pertemuan kita ini, nanti, aku akan dibunuh dan kamu juga akhirnya akan dibunuh selepas itu,”


Namun setelah kumpulan sepuluh pekerja istana, ini pulang ke Istana Malkan dan bertemu Raja Malkan, sembilan daripada mereka jujur kepada Raja Malkan dengan memberitahu bahawa mereka telah bertemu Nabi Khaidir, manakala, hanya seorang yang merahsiakan pertemuan tersebut daripada Raja Malkan. Sembilan yang mengaku bertemu Nabi Khaidir dikerah untuk mencari dan membawa pulang Nabi Khaidir ke Istana Raja Malkan, malangnya, Nabi Khaidir tiada di pulau kecil tersebut kerana beliau telah merantau ke tempat yang lain, maka semua sembilan orang pekerja istana ini pulang dengan tangan kosong dan mati dihukum pancung oleh Raja Malkan.


Bagaimanapun pekerja istana yang seorang lagi selamat, beliau menjaga rahsia, isteri kedua Nabi Khaidir si janda muda itu juga turut di hukum bunuh kerana menjadi pencetus kepada kekacauan yang berlaku dalam Istana Raja Malkan, kerana takut dibunuh oleh Raja Malkan, bekas isteri pertama Nabi Khaidir, si puteri raja, lari menginggalkan Istana Raja Malkan.


MENJAGA RAHSIA


Kedua-dua mereka, pekerja istana yang menjaga rahsia dan bekas isteri pertama Nabi Khaidir, akhirnya mereka bertemu diperantauan, dan mereka berjanji untuk menutup rahsia masing-masing, dan mereka akhirnya bertemu jodoh dan berkahwin. Mereka merantau ke Mesir dan berkerja dengan Raja Fir’aun di sana. Si isteri bekerja sebagai pengasuh anak perempuan Fir’aun. Dalam sejarah dia dikenali dengan nama Masyitah (tukang sikat rambut). Sementara suaminya pula bekerja sebagai tukang kayu, namanya ialah Hizqil (pembuat kotak yang menghanyutkan Musa dalam sungai Nil).


NABI MUSA BELAJAR KEPADA NABI KHAIDIR


Ketika Nabi Musa berada di Mesir, dia memberikan pidato dan peringatan kepada kaum Bani Israel dengan menyeru supaya sekalian kaum Bani Israel bersyukur kepada Allah di atas segala nikmatNya yang telah dikurniakan kepada mereka. Majlis tazkirah ini benar-benar menyentuh hati nurani kaum Bani Israel sehingga mereka menangis teresak-esak kerana berasa menyesal dan penuh insaf tentang kesilapan lama.


Setelah selesai majlis tazkirah itu, salah satu daripada kaum Bani Israel bertanya kepada Nabi Musa ”Siapakah orang yang paling alim wahai Nabi Musa?” Nabi Musa menjawab ”Aku”. Kemudian turun wahyu daripada Allah kepada Nabi Musa, Firman Allah ”Aku ada mempunyai hamba yang berada dipertemuan laut Parsi dan Rom, dia lebih alim daripada Kamu” Nabi Musa bertanya ”Bagaimana cara aku boleh berjumpa dengan nya?” Allah menjawab ”Bawakan ikan yang sudah dimasak dan letakan di satu bekas lalu bawalah pergi mencarinya, di mana ikan itu hilang di situ hambaKu itu berada”


Nabi Musa pergi bersama Yusya’ Bin Nun Bin Afraithim Bin Yusuf AS dengan membawa bekas ikan yang sudah dimasak dan terus menuju ke muara di pertemuan antara laut Parsi dan Rom seperti yang ditunjukan oleh Allah. Nabi Musa berkata kepada Yusya’; ”Aku akan terus berjalan sehingga sampai ke pertemuan dua lautan atau hingga berjalan berpuluh-puluh tahun” (QS Al Kahfi ayat 60)


Nabi Musa berkata lagi kepada Yusya’ Bin Nun Bin Afraithim Bin Yusuf AS ”Apabila kamu kehilangan ikan ini maka beritahu kepada ku” setelah mereka sampai dipertemuan dua laut, mereka keletihan dan tertidur dan terlupa ikannya, kemudian dengan izin Allah ikan itu hidup dan masuk ke dalam laut dan menempuh jalan (QS Al Kahfi ayat 61)


Nabi Musa dan Yusya’ tertidur di atas batu besar yang ada disitu, kemudian ikannya terkena Ma-ul Hayat/air hidup (benda yang mati jika terkena air tersebut boleh hidup semula) lalu ia berjalan melalui batu-batan itu dan terus ke laut. Tempat yang dilalui ikan itu Allah kekalkan bekasnya, setelah bangun daripada tidurnya, Nabi Musa dan Yusya’ meneruskan perjalanannya dan lupa mengenai ikan tersebut.


Pada kesokan harinya, Nabi Musa bertanya kepada Yusya’ ”bawalah ke mari, kita bersarapan pagi, sesungguhnya kita telah merasa keletihan kerana perjalanan kita ini” (QS Al Kahfi ayat 62). Yusya’ berkata ”Tahukah kamu semasa kita berehat di atas batu(malam tadi) seseungguhnya aku lupa (menceritakan) ikan itu dan tidak ada yang melupakanku untuk menceritanya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalanya di laut dengan jalan yang aneh” (QS Al Kahfi ayat 63) Nabi Musa berkata; ”itulah tempat yang kita cari” kemudian mereka berdua kembali mengikuti menjejak mereka semula dengan teliti (QS Al kahfi ayat 64), kemudian mereka berdua bertemu dengan Nabi Khaidir,yang Allah kurniakan rahmat dari sisiNya dan Allah kurniakan ilmuNya kepada Nabi Khaidir,(Ilmu Laduni/Ilmu yang datangnya terus dari Allah) (QS Al kahfi ayat 65).


Nabi Musa memberikan salam kepada Nabi Khaidir,”Asalamualaikum warah matullah hiwaba rakatuh” , Nabi Khaidir menjawab salam tersebut ”Wa alaikum salam wahai nabi kaum Bani Israel” terperanjat dengan jawaban salam tersebut, Nabi Musa bertanya kepada Nabi Khaidir”Siapa yang memaklumkan kepada kamu, aku adalah Nabi Kaum Bani Israel?” Nabi Khidir menjawab ”Orang yang menyuruh kamu datang ke mari”,


Ketika mereka sedang rancak berbual-bual dan bertukar-tukar pandangan, tiba-tiba datang seekor burung helang yang membawa air daripada paruhnya. Nabi Khaidir, berkata ”Hai Musa, Di dalam hatimu kamu pernah berkata bahawa kamu itu orang yang paling alim di seluruh muka bumi, sebenarnya ilmu kamu, ilmu kita, dan ilmu seluruh orang yang terdahulu dan yang terakhir apabila dibandingkan dengan ilmu Allah hanyalah laksana air yang melekat di dalam paruh burung helang tadi sahaja daripada air yang terdapat diseluruh lautan”. Tanya Nabi Musa kepada Nabi Khidir ”Bolehkah aku mengikuti kamu supaya kamu ajarkan kami dari ilmu yang kamu tahu (oleh Allah)” (QS Al kahfi ayat 66) Balas Nabi Khaidir,”sesungguhnya kamu tidak mampu untuk bersabar bersama ku, bagaimana kamu akan bersabar terhadap sesuatu yang kamu belum mengetahui hakikatnya?” Jawab Nabi Musa kepada Nabi Khidir ”Insya Allah kamu akan dapati aku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu di dalam suatu perkara sekalipun” (QS Al kahfi ayat 69).


Kesah seterusnya adalah seperti dalam Surah Al Khafi ayat yang seterusnya.


70] Dia menjawab: Sekiranya engkau mengikutku, maka janganlah engkau bertanya kepadaku akan sesuatupun sehingga aku ceritakan halnya kepadamu.

[71] Lalu berjalanlah keduanya sehingga apabila mereka naik ke sebuah perahu, dia membocorkannya. Nabi Musa berkata: Patutkah engkau membocorkannya sedang akibat perbuatan itu menenggelamkan penumpang-penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perkara yang besar.

[72] Dia menjawab: Bukankah aku telah katakan, bahawa engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?

[73] Nabi Musa berkata: Janganlah engkau marah akan daku disebabkan aku lupa (akan syaratmu) dan janganlah engkau memberati daku dengan sebarang kesukaran dalam urusanku (menuntut ilmu).

[74] Kemudian keduanya berjalan lagi sehingga apabila mereka bertemu dengan seorang pemuda lalu dia membunuhnya. Nabi Musa berkata Patutkah engkau membunuh satu jiwa yang bersih, yang tidak berdosa membunuh orang? Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perbuatan yang mungkar!

75] Dia menjawab: Bukankah, aku telah katakan kepadamu, bahawa engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?

[76] Nabi Musa berkata: Jika aku bertanya kepadamu tentang sebarang perkara sesudah ini, maka janganlah engkau jadikan daku sahabatmu lagi; sesungguhnya engkau telah cukup mendapat alasan-alasan berbuat demikian disebabkan pertanyaan-pertanyaan dan bantahanku.

[77] Kemudian keduanya berjalan lagi, sehingga apabila mereka sampai kepada penduduk sebuah bandar, mereka meminta makan kepada orang-orang di situ, lalu orang-orang itu enggan menjamu mereka. Kemudian mereka dapati di situ sebuah tembok yang hendak runtuh, lalu dia membinanya. Nabi Musa berkata: Jika engkau mahu, tentulah engkau berhak mengambil upah mengenainya!

[78] Dia menjawab: Inilah masanya perpisahan antaraku denganmu, aku akan terangkan kepadamu maksud (kejadian-kejadian yang dimusykilkan) yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya.

[79] Adapun perahu itu adalah ia dipunyai oleh orang-orang miskin yang bekerja di laut; oleh itu, aku bocorkan dengan tujuan hendak mencacatkannya, kerana di belakang mereka nanti ada seorang raja yang merampas tiap-tiap sebuah perahu yang tidak cacat.

[80] Adapun pemuda itu, kedua ibu bapanya adalah orang-orang yang beriman, maka kami bimbang bahawa dia akan mendesak mereka melakukan perbuatan yang zalim dan kufur.

[81] Oleh itu, kami ingin dan berharap, supaya Tuhan mereka gantikan bagi mereka anak yang lebih baik daripadanya tentang kebersihan jiwa dan lebih mesra kasih sayangnya.

[82] Adapun tembok itu pula, adalah ia dipunyai oleh dua orang anak yatim di bandar itu dan di bawahnya ada harta terpendam kepuyaan mereka dan bapa mereka pula adalah orang yang soleh. Maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka cukup umur dan dapat mengeluarkan harta mereka yang terpendam itu, sebagai satu rahmat dari Tuhanmu (kepada mereka) dan (ingatlah) aku tidak melakukannya menurut fikiranku sendiri. Demikianlah penjelasan tentang maksud dan tujuan perkara-perkara yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya.


WASIAT NABI KHAIDIR KEPADA NABI MUSA


Sebelum berpisah, Nabi Musa meminta wasiat daripada Nabi Khaidir. Wasiat Nabi Khaidir kepada Nabi Musa ialah ” Wahai Musa, senyumlah kamu dan jangan ketawa sehingga terbahak-bahak. Jangan berlebih-lebihan di dalam perbalahan. Jangan berjalan tanpa ada hajat atau niat. Jangan cela orang yang bersalah kerana kesalahannya sendiri. Jangan menangguhkan kerja hari ini sehingga esok hari. Menangislah di atas segala kesalahanmu wahai anak lelaki Imran.”


(Sumber Rujukan : Kisah Nabi Musa dan Fir’aun oleh Hamdan Bin Muhtar Guru Agama Bertauliah Negeri Selangor, Malaysia)

Terima Kasih Kerana Sudi Berkunjung Ke UiTM Kepada Panel Penilai Anugerah kualiti Perdana Menteri 2008


Terima Kasih kepada semua ahli panel penilai Anugerah kualiti Perdana Menteri 2008 di atas kesudian Dato'/Datuk/Tuan/Puan menilai budaya kualiti yang diamalkan oleh UiTM pada 10 September 2008 (semalam). Kami telah membudayakan kualiti sebagai budaya kerja sejak 10 tahun yang lalu dan pemilihan kami sebagai finalis AKPM 2008 adalah bukti komitment kami terhadap budaya kualiti.

Wednesday, September 10, 2008

Punca Kekeliruan dan Kekacauan Umah - Prof. Syed Muhammad al-Naquib al-Attas

Kepentingan dan keutamaan ilmu dalam menentukan martabat, pengaruh dan jatuh bangun satu-satu bangsa dapat dibuktikan secara empirikal. Hasil keilmuan Yunani berpengaruh besar ke atas Rom dan bangsa-bangsa lain sehingga ke hari ini. Begitu jugalah pengaruh keilmuan Jerman amat besar ke atas Rusia, Perancis dan Amerika Syarikat.

Kemunculan Jepun sebagai bangsa besar lantaran asas gerakan kebangunannya yang tepat, bila ianya bermula dengan gerakan penyuburan budaya ilmu di bawah Reformasi Meiji sejak 1960an.

Prof. Syed Muhammad al-Naquib al-Attas
menyimpulkan dengan tepat bahawa faktor ilmulah yang menyebabkan kemerosotan bahkan kacau bilau dalam masyarakat islam hari ini. Beliau menegaskan bahawa dilema yang dihadapi oleh umat berpunca dari;
  1. Confusion and error in knowledge, creating the condition for:
  2. The loss of adab within the community.The condition arising out of (1) and (2) is:
  3. The rise of leaders who are not qualified for valid leadership of the Muslim community, who do not posses the high moral, intellectual and spiritual standards required for Islamic leadership, who perpetuate the condition in (1) above and ensure the continued control of the affairs of the community by leaders like them who dominate in all fields.
Semoga bangsa melayu terutamanya para mahasiswa UiTM akan terus memertabatkan budaya ilmu untuk terus maju kehadapan dengan gigih, berterusan dan konsistant bagi mengilhamkan harapan dan mencipta masa depan bangsa yang lebih cemerlang, terbilang dan gemilang

Sumber: Faham Ilmu - Pertumbuhan dan Implikasi oleh Mohd. Idris Jauzi

Tuesday, September 9, 2008

Clinical Training Center (CTC) dan Institute of Medical Molecular Biotechnology (IMMB) UiTM Sungai Buluh - Suatu Kebanggaan UiTM dan Bangsa Melayu




Saya menghadiri mesyuarat tapak projek Design, Construction, Commissioning, Building Certification and Maintenance of The Post-graduate Training Center, Medical and Health Research Centre and Residential Colleges for UiTM at Sg. Buluh, Selangor Darul Ehsan daripada pagi sehingga lewat tengah hari. Setakat ini, pembinaan projek ini mengikut jadual yang ditetapkan malahan mendahului 20 hari daripada jadual asal.

Projek ini dibina di atas tanah kerajaan persekutuan berkeluasan 40 ekar berhampiran Hospital Sungai Buluh, tapak projek ini adalah bekas tapak Pusat Kawalan Kusta Negara. Disinilah Fakulti Perubatan dan Fakulti Pergigian UiTM akan beroperasi untuk melahirkan doktor-doktor bumiputera yang berkalibar dan menjadi pemimpin dalam bidang perubatan dan merela bakal mengubah landskap perubatan negara di masa akan datang.