Sunday, December 25, 2011

AKAR MELAYU: KERAJAAN MELAYU ISLAM TERAWAL DI NUSANTARA oleh by Hibatullah Yusof Al-Haj on Tuesday, 22 February 2011

by Hibatullah Yusof Al-Haj on Tuesday, 22 February 2011 at 10:08



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


PENDAHULUAN


Saya catat di sini kronologi kerajaan Islam paling awal di Nusantara hasil perbincangan sahabat-sahabat dalam jurai ini. Bahagian ini saya kemaskini bila ditemui bukti wujudnya kerajaan lebih awal:


KRONOLOGI SEJARAH KERAJAAN ISLAM NUSANTARA

610 M - Nabi Muhammad SAW diangkat jadi Rasul = (13 tahun sebelum Hijrah).

610 M - Rasulullah SAW menerima wahyu pertama kali

615 - 618 M - Rasulullah SAW mengutus sahabat ke seluruh penjuru dunia; Ja'far ibn Abi Thalib ke Afrika Utara, Muadz ibn Jabal ke Yaman dan Arab Selatan, Saad ibn Lubaid ke Eropa Timur, Yusuf ke Kanton/Cina (membangun masjid Kuang Ta bersama warga Cina marga Sui), Abdullah ibn Mas'ud ke Sumatera bersama Qabilah Bani Thoyk (Aceh) dan beberapa orang leluhur Aceh ikut berperang bersama Nabi SAW. Membangun Kesultanan Tace.

622 M = 1 Hijrah

625 M - Perkampungan Islam di BARUS, Sumatera = 3 Hijrah.

627 M - pembangunan masjid pertama di Aceh (bersamaan dengan Masjid Kuang Ta di Canton dan Masjid di San'a Yaman)

631 - Abdullah ibn Mas'ud berdakwah keliling Sumatera dan seluruh Nusantara.

632 - 640 M - Sayyidina Ali ibn Abi Thalib berkeliling Aceh, Malayu, Suvarnabhumi, Galunggung, Panjalu, Tarumanegara, Kalingga, Wiratha, dll.

632 M - Rasulullah SAW wafat = 11 Hijrah.

648 - 649 M - Kartikeyasingha II memimpin Kalingga bersama Sri Ratu Sima, dinikahkan oleh Sayyidina Ali dan dibimbing bersama Sayyidina Ali + Abdullah ibn Mas'ud.

650 - 655 M - Di bawah bimbingan Sayyidina Ali terbentuk jaringan silaturahmi Tace, Kalingga dan Tiongkok

655 M - Saidina Zaid bin Harithah dihantar ke LAMURI, Sumatera = 35 Hijrah.

656 - 661 M - Pangeran Borosngora, dari Panjalu, Tanah Sunda berangkat ke Kufah belajar Islam.

662 M - Ramai penduduk Kufah hijrah ke Nusantara.

664 - 665 M - Hoei Ning menulis Kitab Hinayana, iaitu ajaran Islam tentang Zuhud.

674 M - Kalingga menerapkan potong tangan pada pencuri, sesuai syariat Islam

718 M - Kesultanan ZABAJ ISLAM (Jambi) = 99 Hijrah.

718 M - Srindravarman dari Zabaj bersurat kepada Sultan Umar ibn Abdulaziz

732 M - Syekh Subakir (Muhammad Al-Baqir) mendirikan pesantren di Bukit Tidar, Magelang, Jawa

820 M - Kesultanan SAMUDERA = 205 Hijrah.

840 M - Kesultanan PERLAK = 225 Hijrah.

960 M - Kesultanan LAMURI = 349 Hijrah.

1136 M - Kesultanan LANGKASUKA = 530 Hijrah.

1267 M - Kesultanan PASAI = 665 Hijrah.

1436 M - Kesultanan ACEH DARUSSALAM = 901 Hijrah.


Menurut catatan sejarah, Islam sudah sampai ke BARUS, Sumatra 15 tahun setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, iaitu Tahun 3 Hijrah (625 Masehi). Satu rombongan diketuai oleh Sahabat Rasulullah SAW bernama Abdullah bin Mas'ud RA bersama 100 rombongan Qabilah Tachiek direkodkan sampai ke Barus. Pada ketika itu sudah berlaku perkahwinan antara pedagang Muslim dari Tanah Arab dengan wanita Melayu. Islam sampai ke China lebih awal, iaitu sekitar 616 Masehi (7 tahun sebelum Hijrah) dibawa oleh Sahabat yang bernama Saad bin Abi Waqqas RA. Sahabat bernama Zaid bin Harithah RA di hantar ke alam Melayu pada 35 Hijrah (655 Masehi) iaitu kira-kira 40 tahun setelah Saad RA sampai ke China.


JAMBI (ZABAJ ISLAM) dipercayai merupakan kerajaan Islam paling awal di Nusantara. Secara kebetulan pula, kerajaan inilah yang juga disebut Kerajaan MELAYU. Nama MELAYU dan JAMBI digunakan bersilih-ganti dalam banyak teks sejarah. Perkataan 'MALAYU' ditemui diukir pada sebuah tugu dianggarkan berusia sekitar 1286 Masehi. Ia ditemui di Padang Rocore, berhampiran muara sungai Batang Hari. Jika ada maklumat yang kurang tepat, saya harap sahabat-sahabat tolong betulkan. Sila catat di jurai bawah, dan saya akan masukkan dalam Kronologi di atas.

______

BARUS

Berikut adalah petikan mengenai sebahagian dari sejarah Islam di Barus, semoga bermanfaat:


633-661 M

Dikatakan pemerintahan Khulafa Al Rasyidin telah menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan di Sumatera, termasuk Batak. Tapi hubungan itu masih sekedar hubungan antar negara dalam sebuah upaya untuk menjalin hubungan kerjasama ekonomi. Kapur barus, emas, merica dan rempah-rempah lainnya. Sumatera dikenal dengan istilah Zabag. Beberapa catatan mengenai kedatangan utusan dan pelaut Muslim ke Barus dan pelabuhan Sumatera lainnya yang dikuasasi Sriwijaya pernah didokumentasikan.


661-750 M

Pelaut-pelaut Arab yang Islam mulai berdatangan secara intens di masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Kedatangan mereka untu misi dagang tersebut telah membentuk kantong-kantong muslim di tanah Batak, khususnya Barus, yang tentunya terjadinya transfer ilmu pengetahuan kepada penduduk setempat melalui medium non-formal.


718-726 M

Islam berkembang pesat di tanah Barus. Di lain pihak Islam berkembang di Sumatera masuknya beberapa raja Sriwijaya kepada Islam. Diantaranya Sri Indra Warman di Jambi.


851 M

Seorang pedagang Arab berhasil mendokumentasikan kedatangannya di kota Barus. Laporan Sulaiman itu pada tahun 851 M membicarakan tentang penambangan emas dan perkebunan barus (kamper) di Barus (Ferrand 36).Dicatat bahwa para pendatang asing seperti Romawi, Yunani, Arab, Cina, India, Persia dan dari kepulauan Indonesia lainnya telah membangun kantong-kantong pemukiman yang lengkap dengan prasarana pendukungnya di Barus. Penambangan emas dan perkebunan kamper tersebut merupakan contoh bahwa kedua komoditas ini telah diolah secara modern dan bukan didapat secara tradisional di hutan-hutan.


Sekarang ini ahli sejarah menemukan bukti-bukti arkeologis yang memperkuat dugaan bahwa sebelum munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang awal di Sumatera seperti Peurlak dan Samudera Pasai, yaitu sekitar abad-9 dan 10, di Barus telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim dengan kehidupan yang cukup mapan (Dada Meuraxa dalam Ali Hasymi, Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia, bandung PT Al Maarif 1987). Kehidupan yang mapan itu pula memungkinkan mereka untuk hidup secara permanen di kawasan ini yang sudah pasti didukung oleh sarana pengembangan ilmu pengetahuan agar mereka tidak tertinggal dengan pesaing lainnya.


Sebagai pelabuhan yang sangat masyhur, Barus menjadi tujuan pendidikan tertua bagi masyarakat Batak. Hal ini dikarenakan bahwa Barus merupakan wilayah Batak yang paling mudah dicapai oleh orang-orang Batak dari pedalaman yang ingin menimba ilmu. Jalan-jalan menuju Barus telah dirintis rapi oleh pedagang-pedagang Batak yang ingin menjual kemenyan dan membeli produk jadi dari Barus. Sampai era tahun 1980-an, madrasah-madrasah tradisional Barus masih menjadi primadona tujuan pendidikan di tanah Batak sebelum akhirnya digantikan oleh Mandailing dengan pesantren-pesantrennya yang sudah modern.


Masuknya gelombang pedagang dan saudagar ke Barus mengakibatkan penduduk lokal Batak di lokasi tersebut; Singkil, Fansur, Barus, Sorkam, Teluk Sibolga, Sing Kwang dan Natal memeluk Islam setelah sebelumnya beberapa elemen sudah menganutnya. Walaupun begitu, mayoritas masyarakat Batak di sentral Batak masih menganut agama asli Batak.


Kelompok Marga Tanjung di Fansur, marga Pohan di Barus, Batu Bara di Sorkam kiri, Pasaribu di Sorkam Kanan, Hutagalung di Teluk Sibolga, Daulay di Sing Kwang merupakan komunitas Islam pertama yang menjalankan Islam dengan kaffah.


Maklumat lanjut: http://islamagamaku.blogdetik.com/page/136/?s

______________________________________________________

SAMUDERA PASAI KERAJAAN ISLAM AWAL DI NUSANTARA


Ibnu Batutah catat wilayah diperintah Sultan Mahmud Malik Zahir sebagai maju, pelabuhan besar dan gemilang. KETIKA berada di China sekitar abad ke-14, pengembara Islam terkenal, Ibnu Batutah terlihat satu bahtera asing berlabuh di pelabuhan negara itu. Selepas diselidikinya, beliau dimaklumkan yang bahtera itu milik Sultan Samudera Pasai. Kehadiran bahtera bersama wakil utusan Sultan Samudera Pasai ke China adalah secara rutin berikutan kerajaan itu perlu menyerahkan ufti kepada Kerajaan China mengikut senggang masa tertentu.

Seterusnya beberapa tahun kemudian iaitu pada 1346, ketika dalam perjalanan merentas jalan laut dari Tanah Arab ke China, Ibnu Batutah sempat mengunjungi Kerajaan Samudera Pasai yang terletak di pinggir Selat Melaka (kini Wilayah Aceh).



Wang Emas Kerajaan Pasai.


Melihat keadaan di negeri berkenaan, pengembara yang berasal dari Maghribi itu membuka helaian kertas jurnal perjalanannya, mengambil pena dan mula mencatatkan pendapatnya mengenai kerajaan berkenaan. Antara terjemahan catatannya berbunyi lebih kurang begini: “Samudera Pasai adalah negeri nan hijau dan subur, rakyat dan alamnya indah dan menawan, (ia) negeri yang menghijau dan kota pelabuhannya besar dan indah.”


Ketibaan Ibnu Batutah di negeri itu disambut baik Panglima Daulasah, Qadi Syarif Amir Sayyir Al-Syirazi, Tajuddin Al-Asbahani dan beberapa ulama ahli fiqh di kerajaan berkenaan atas perintah Sultan Mahmud Malik Zahir.


Ibnu Batutah mencatat lagi dalam jurnalnya. Pada pandangannya, Sultan Mahmud adalah penganut mazhab Syafie yang giat menyelenggarakan pengajian, perbahasan dan muzakarah mengenai Islam sehingga menyebabkan Samudera Pasai menjadi pusat tumpuan pengajian Islam ketika itu. Mengenai peribadi dan corak pemerintahan Sultan berkenaan, beliau menulis:


“Sultan sangat rendah hati dan berangkat ke masjid untuk solat Jumaat dengan berjalan kaki. Selesai solat, Sultan dan rombongan mengelilingi kota untuk melihat keadaan rakyatnya.”


Ibnu Batutah berada di Samudera Pasai selama 15 hari. Sebelum berangkat meninggalkan wilayah Nusantara itu, beliau sempat mengunjungi pedalaman Sumatera yang masih dihuni masyarakat bukan Islam.


Di situ, beliau menyaksikan beberapa perlakuan masyarakat yang mengerikan antaranya upacara bunuh diri beramai-ramai yang dilakukan golongan hamba ketika pemimpinnya mati.


Demikianlah antara beberapa catatan Ibnu Batutah mengenai Samudera Pasai, satu kerajaan silam yang hebat serta wujud lebih 600 tahun lalu malah didirikan lebih awal daripada Kerajaan Melaka.


Kini, Kerajaan Samudera Pasai sudah tiada. Susur galur dan kehebatannya hanya dikenang lewat catatan sejarah silam antaranya menerusi ‘Hikayat Raja-raja Pasai’ selain penemuan pelbagai tinggalan arkeologi yang ditemui di Wilayah Aceh. Samudera Pasai mencatat rekodnya tersendiri dalam sejarah Melayu kerana ia dianggap Kerajaan Melayu pertama yang menerima Islam. Ketika Majapahit atau Srivijaya masih berpegang kepada fahaman Hindu-Buddha, pemimpin dan rakyat Samudera Pasai sudah mengucap dua kalimah syahadah dan mentauhidkan Allah SWT.


Detik pertukaran daripada pengamalan ajaran Hindu-Buddha kepada Islam itu bermula sekitar 800 Masihi apabila sebuah kapal saudagar Islam dari Gujerat tiba di Bandar Perlak (satu daripada kawasan di wilayah Aceh). Ketibaan kumpulan saudagar diketuai Nakhoda Khalifah itu tidak saja untuk urusan perdagangan malah untuk menyebar dakwah. Penerimaan baik penduduk tempatan terhadap dakwah Islamiah selain perkahwinan campur antara gadis tempatan dengan saudagar Muslim menyebabkan Islam mula tersebar ke seluruh wilayah Aceh dalam tempoh 40 tahun saja.




Manuskrip mengenai Kerajaan Pasai


Seterusnya Kerajaan Perlak dan Kerajaan Pasai (satu lagi kerajaan yang wujud di wilayah Aceh ketika itu) disatukan sehingga wujudnya Kerajaan Samudera Pasai. Sultan pertamanya adalah Sultan Malik Al-Saleh dan baginda dikahwinkan dengan Puteri Ganggang iaitu puteri pemerintah Perlak ketika itu, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat.


Di bawah pemerintahan berasaskan tauhid kepada Allah itu, Samudera Pasai menjadi Kerajaan Islam yang terkenal dan maju.

Kerajaan itu menjadi tumpuan kunjungan saudagar daripada pelbagai negeri seperti China, India, Siam, Arab dan Parsi malah angkatan dagangan Samudera Pasai turut merentas laut untuk menjalinkan hubungan diplomatik dengan kerajaan luar. Selain menghantar ufti ke China, Sultan Pasai turut mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada 1282 Masihi.


Dagangan utama di wilayah itu adalah lada. Kemajuan perdagangan yang dialami mereka menyebabkan Samudera Pasai turut menghasilkan mata wang emas yang disebut dirham dan mata wang itu digunakan secara rasmi oleh kerajaan mereka.

Selain berkembang sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai turut menjadi pusat perkembangan ilmu dan Islam. Ajaran Islam menerusi kitab bertulis Arab kemudian mencetuskan penghasilan tulisan jawi yang akhirnya menjadi warisan budaya Melayu.

Terhasilnya tulisan jawi juga mencetuskan perkembangan sastera klasik Melayu antaranya penghasilan kitab ‘Hikayat Raja-raja Pasai’ yang ditulis sekitar 1360.


Selaras dengan itu juga, ilmu tasawuf turut berkembang apabila ada antara kitab tasawuf diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu bertulisan jawi. Antaranya adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak.


Kegemilangan Kerajaan Samudera Pasai dikatakan sama hebatnya dengan zaman kemasyhuran Melaka di Tanah Melayu.

Bagaimanapun, melewati masa, Samudera Pasai mula mengalami kemunduran apabila Kerajaan Melaka diasaskan. Kehebatan kerajaan diasaskan Paramesrawa itu menyebabkan pedagang mula beralih dari pelabuhan Samudera Pasai ke Melaka.


Seterusnya pada 1360, Samudera Pasai diserang Majapahit dan akhirnya kerajaan hebat itu ditakluki sekali gus menamatkan era kegemilangannya dalam rentetan sejarah silam Nusantara, suatu ketika dulu.

Oleh Nasron Sira Rahim

__________________________________

Cerita pelik Hikayat Raja-Raja Pasai


KERJA arkeologi yang dijalankan di Kampung Geudong, Aceh Utara, menemui kawasan kubur purba yang misteri. Akhirnya kajian dan penyelidikan mendapati kawasan pusara itu adalah makam diraja sebuah kerajaan silam yang masyhur iaitu Samudera Pasai.

Antara banyak makam diraja yang ditemui itu, satu daripadanya tertera nama Sultan Malik al-Saleh. Seterusnya penemuan makam itu menyingkap sejarah kehidupan tokoh berkenaan yang namanya turut disebut dalam kitab Hikayat Raja-raja Pasai. Malik al-Saleh adalah nama Merah Silu selepas beliau menganut Islam. Namanya menjadi sebutan dan amat dikenali ketika membicarakan mengenai Kerajaan Samudera Pasai.



Kedudukan kerajaan Pasai dalam Peta Perdagangan silam.



Ini disebabkan Malik al-Saleh adalah Sultan pertama Samudera Pasai malah beliaulah yang bertanggungjawab menukarkan kerajaan itu daripada mengamalkan ajaran Hindu-Buddha kepada Islam.


Cerita pengislaman tokoh itu amat pelik jika dibaca dalam Hikayat Raja-raja Pasai. Beliau dikatakan menganut Islam selepas bermimpi menemui Nabi Muhammad SAW (sejauh mana kebenarannya tidak dapat dipastikan).

Ditulis dalam hikayat itu bahawa Merah Silu disuruh mengucap dua kalimah syahadah dalam mimpinya tetapi beliau tidak tahu berbuat demikian menyebabkan baginda meludah ke dalam mulutnya.


Selepas itu, Merah Silu mampu mengucap dua kalimah syahadah dan diberi gelaran Sultan Malik al-Saleh seterusnya menjadi Sultan sebuah Kerajaan Islam bernama Samudera Pasai.


Dalam hikayat itu juga, Merah Silu diberitahu supaya hanya memakan binatang halal yang disembelih selain dalam masa 40 hari kemudian, akan datang sebuah kapal dari Makkah dan hendaklah dia menerima ajaran Islam yang dibawa seseorang yang menaiki kapal itu.

Diceritakan lagi, apabila Merah Silu terjaga daripada tidurnya, Merah Silu mendapati kemaluannya sudah disunat dan mulutnya lancar membaca 30 juzuk al-Quran.


Tidak lama selepas itu, sebuah kapal dari Makkah berlabuh di pelabuhan Samudera Pasai dan turunlah seorang ulama bernama Sheikh Ismail. Ulama itu menghadap Sultan Malik al-Saleh dan memintanya mengucap dua kalimah syahadah dan membaca al-Quran. Sheikh Ismail kemudian berjaya mengislamkan seluruh rakyat Samudera Pasai.


Sememangnya wujud banyak kisah pelik yang di luar logik akal dalam Hikayat Raja-raja Pasai antaranya ibu Malik al-Saleh iaitu Puteri Betong ditemui di perdu rebung buluh dan bapanya iaitu Merah Gajah, dibela seekor gajah.


Merah Gajah pernah mencabut rambut emas Puteri Betung lalu keluar darah pelik berwarna putih dan akhirnya Puteri Betung ghaib. Merah Silu juga pernah menahan bubu dan mendapat cacing gelang yang bertukar menjadi emas dan perak.


Selain itu, diceritakan lagi yang Merah Silu pernah berjumpa seekor semut sebesar kucing dan memakan makhluk itu.

Walaupun pelbagai kisah pelik dan mistik menyelubungi Malek al-Saleh, sesuatu yang pasti adalah kajian mendapati tokoh itu sememangnya wujud dan beliau dikenali sebagai Sultan pertama Kerajaan Islam Samudera Pasai.

_____________________

INFO: Samudera Pasai


Pahlawan terkenal Samudera Pasai dikenali Tun Beraim Bapa dan pada zaman kewujudannya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi gemilang.

Hikayat Raja-Raja Pasai terbahagi kepada tiga bahagian iaitu ‘Pembukaan dan Pengislaman Pasai’, ‘Pasai di bawah pemerintahan Sultan Ahmad Perumudal Perumal’ dan ‘Peluasan Kekuasaan Majapahit’. Samudera Pasai yang terletak di Sumatera Utara iaitu Aceh, digelar Serambi Makkah kerana orang yang hendak mengerjakan haji terlebih dulu singgah di Aceh untuk belajar di madrasah dan masjid di negeri itu. Kerajaan Samudera Pasai turut dikenali juga sebagai Samudera, Pasai dan Samudera Darussalam atau Sumatera.


http://putraaceh.multiply.com/journal/item/707

_____________________________________

SURAT RAJA SRIWIJAYA UNTUK KHALIFAH


S Fatimi, seorang sejarawan Malaysia menulis dan dikutip oleh Azyumardi Azradalam bukunya Islam Nusantara bahwa ada dua buah surat yang kemungkinan besar ditulis oleh Raja Sriwijaya untuk Kalifah Arab. Bagian pembukaan dari surat pertama dikutip oleh al Jahiz dalam bukunya Kitab al Hayawan (Buku Fauna) berdasarkan 3 rantai isnad.


Surat pertama ditujukan untuk Mu'awiyah dan pembukaan surat itu kalau diterjemahkan kurang lebih seperti ini:

(Dari Maha Raja) - yang istalnya berisi ribuan gajah, istananya berkilau emas dan perak, dilayani oleh ribuan puteri raja, yang menguasai dua sungai yang mengairi gaharu - untuk Muawiyah


Surat kedua lebih lengkap karena terdapat pembukaan dan isi, terdapat dalam buku Ibnu Abdul Rabbih Al Iqd al Farid (Kalung Istimewa) ditujukan untuk Kalifah Umar bin Abdul Azis memperlihatkan betapa mewahnya Maharaja dan kerajaannya:


Dari Raja Diraja - yang keturunan ribuan raja, yang diistalnya terdapat ribuan gajah, dan menguasai dua sungai yang mengairi gaharu, tanaman harum, pala dan barus, yang keharumannya menyebar sejauh dua belas mil - untuk Raja Arab, yang bertuhan esa. Saya memberimu hadiah yang tidak seberapa sebagai tanda sapa dan saya harap anda berkenan mengirim seseorang yang bisa mengajar tentang Islam dan menerangkannya kepada saya.


Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al Nujum al Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah (Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo) mempunyai tambahan untuk akhir surat ini: "Saya mengirim hadiah jebat (musk), batu ratna, dupa dan barus. Terimalah dari saudara Islammu."

Fatimi memperkirakan suat-surat itu diterima Kalifah sekitar tahun 100H/717, yaitu masa pemerintahan Sri Indrawarman. Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha dan belum ada bukti peninggalan bahwa dibawah Sri Indrawarman Sriwijaya pernah memeluk Islam.

Membaca surat ini betul-betul menimbulkan kebanggaan kepada kita, betapa Nusantara telah memiliki kerajaan yang sangat makmur di Suarnadwipa - Pulau Emas- sejak dahulu kala, dengan perdagangan dan kontak internasional, raja yang sangat percaya diri dan penuh rasa ingin tahu.


Sumber: Islam in Indonesian world, Asia Research Institute

________________________

MISTERI SEBUAH WASIAT


"Sepeninggal aku telah wafat kelak, akan muncul sebuah negeri di bawah angin, Samudera namanya. Apabila terdengar kamu nama negeri itu, maka suruhlah sebuah bahtera untuk membawa perkakas dan alat kerajaan ke negeri itu, serta kamu Islamkan sekalian isi negeri itu, serta ajar mereka mengucap dua kalimah syahadat. Kerana dalam negeri itu kelak banyak orang yang akan jadi wali Allah. Tetapi semasa kamu hendak pergi ke negeri itu, hendaklah kamu singgah mengambil seorang fakir di negeri Mengiri, bawalah fakir itu bersama-sama." - dicatat dalam Hikayat Raja-Raja Pasai.



Empayar Majapahit meliputi Pasai.

_____________________

UNTUK PERBINCANGAN


(1) Mengenalpasti dan membincangkan sama ada terdapat kawasan, negeri atau empayar Islam yang lebih awal berbanding kerajaan Pasai di Nusantara.


(2) Perkongsian maklumat mengenai gerakan dakwah Islam yang berlaku sebelum dan selepas kegemilangan kerajaan Pasai. Adakah terdapat hubungan langsung dengan Empayar Islam di Timur Tengah dari segi dakwah, atau adakah dakwah dillakukan oleh kerajaan itu sendiri.


(3) Peranan Ahlul Baits dalam tugas-tugas dakwah di Nusantara, terutamanya berdakwah di kalangan golongan bangsawan atau golongan istana.


(4) Masih wujudkah pengaruh-pengaruh Hindu/Buddha/Animisma dalam kerajaan-kerajaan Islam Nusantara yang awal-awal ini. Jika ada, apakah bentuk pengaruh-pengaruh tersebut.


(5) Apakah sistem pertahanan yang wujud di kerajaan-kerajaan Islam Nusantara zaman silam. Adakah Seni Silat merupakan ciri terpenting kemahiran ilmu peperangan di zaman berkaitan.


(Sumber - http://www.facebook.com/notes/hibatullah-yusof-al-haj)

Wall Paper Istana Negara Jalan Duta Mempunyai Dua Wajah

Istana Negara yang baru yang terletak di Jalan Duta dibina bertujuan untuk menggantikan Istana Negara yang lama yang telah digunakan sejak 1928. Ini adalah kali pertama kerajaan Malaysia membina sendiri istana Yang di-Pertuan Agong memandangkan istana yang terdahulu adalah dibeli dari seorang jutawan China.

Kompleks Istana Negara Baru ini dibangunkan di atas tanah seluas 241.3 ekar yang dibahagikan kepada empat sayap dan termasuk kawasan meletakkan kenderaan. Ia merangkumi pembinaan Bangunan Utama Istana Negara serta bangunan-bangunan dan kemudahan sokongan yang lain dengan keluasan lantai kasar keseluruhan sebanyak 90,082 meter persegi.

Turut dibina bagi melengkapkan keperluan Kompleks ini ialah pembinaan jalan masuk bertingkat Jalan Duta ke Pintu 1 Istana Negara dan naiktaraf Jalan Changkat Semantan ke Pintu 2 Istana Negara yang diuruskan oleh Cawangan Jalan, Ibu Pejabat JKR.

Projek ini telah mula dibina pada akhir November 2007 dan siap sepenuhnya pada akhir September 2011. Kompleks ini juga merangkumi bangunan istana, perumahan untuk pekerja istana, pejabat polis dan sekuriti, kem tentera mini dan gerbang masuk dua tingkat dari Jalan Duta. Istana ini menelan belanja sebanyak RM812 juta dengan Maya Maju Sdn. Bhd. sebagai kontraktor utama yang dilantik dengan kontrak bernilai RM650 juta, manakala pembinaan lebuh raya bertingkat menuju ke gerbang masuk istana pula dilakukan oleh Ahmad Zaki Sdn. Bhd. pada nilai RM130 juta.

Dengan senibina yang melambangkan Islam dan Melayu, tatarias lampu, pemalapan dan pencahayaan luar dan dalam istana adalah berbeza. Rekaan ini bertujuan untuk mencipta suasana yang tersendiri di samping menjimatkan tenaga. Majlis Penyerahan Istana Negara Baru Jalan Duta, Kuala Lumpur telah diadakan di Dewan Serbaguna DiRaja di antara Jabatan Perdana Menteri (JPM) dan Pihak Pengurusan Istana Negara pada 18 Oktober 2011.

Wall paper yang dipasang pada dinding di Royal Wing jika dilihat secara seimbas lalu ia mempunyai corak daun paku pakis tetapi jika direnung dengan renungan yang lebih dalam ia seumpama wajah jembalang. Sekali pandang nampak cantik tetapi pandangan kedua nampak kurang cantik.




Saya berpendapat wall paper ini wajar diganti dengan wall paper yang lebih sesuai dan menampakkan ciri-ciri melayu dan Institusi Raja-Raja Melayu.