Seniman adalah orang yang cepat rasa terharu apabila melihat atau mendengar kesusahan, kepayahan, kemiskinan dan kemelaratan yang ada disekitarnya. Bila dia melihat keindahan, kecantikan, kesempurnaan dan kehebatan, jiwanya turut rasa terharu juga. Pendeknya, seniman adalah orang yang dapat melihat yang zahir dan dapat merasai yang batin terhadap segala sesuatu yang diperhatikannya, didengarnya dan dirasainya, mungkin pada sesama manusia, mungkin pada tumbuh-tumbuhan, mungkin pada haiwan dan mungkin pada segala sesuatu dipersekitarannya. Sesudah terharu, dia mula berkhayal, memikir bagaimana hendaknya supaya ia menjadi lebih baik.
Bila melihat anak kecil yang kebuluran kerana kemiskinan, hati seorang seniman akan rasa terharu, dia dapat merasai kesengsaraan yang dilalui anak kecil tadi, lantas dia berkhayal dalam pemikirannya untuk meringankan penderitaan anak kecil itu, supaya anak kecil itu dapat makan dan minum bagi menghilangkan kelaparan, supaya anak kecil itu menjadi lebih baik. Demikianlah kejujuran jiwa seorang seniman.
Disebalik rasa terharu, pada khayal yang indah itu, timbullah kemahuan, lahirlah ilham dan terciptalah tindakan yang jujur dan ikhlas untuk membantu, itulah seniman. Dia kaya dengan rasa terharu dan khayal. Disitulah kekayaannya yang sejati. Yang dua itulah rukun dalam mencipta seni, diambilnya pena, ditulis bahasa hatinya, ayat demi ayat, terlahirlah bait-bait syair, dilukis perasaan hatinya, garis demi garis, terbina sebuah lukisan, dilagukan suara hatinya, nada demi nada, sehingga tercipta lagu yang menyentuh kalbu. Demikianlah kejujuran hati seorang seniman sejati.
Jiwa seniman dapat menggarap kemiskinan, kesengsaraan, kepayahan dan kepahitan, jiwa seniman umpama radar yang menerima frekuensi keindahan, kecantikan, kesempurnaan dan keelokan serta mencernakannya bahasa hati dan bahasa jiwanya tadi kepada bahasa ibunda dengan ungkapan yang indah dan menyentuh jiwa pembaca, pendengar dan khayalak.
Bila melihat anak kecil yang kebuluran kerana kemiskinan, hati seorang seniman akan rasa terharu, dia dapat merasai kesengsaraan yang dilalui anak kecil tadi, lantas dia berkhayal dalam pemikirannya untuk meringankan penderitaan anak kecil itu, supaya anak kecil itu dapat makan dan minum bagi menghilangkan kelaparan, supaya anak kecil itu menjadi lebih baik. Demikianlah kejujuran jiwa seorang seniman.
Disebalik rasa terharu, pada khayal yang indah itu, timbullah kemahuan, lahirlah ilham dan terciptalah tindakan yang jujur dan ikhlas untuk membantu, itulah seniman. Dia kaya dengan rasa terharu dan khayal. Disitulah kekayaannya yang sejati. Yang dua itulah rukun dalam mencipta seni, diambilnya pena, ditulis bahasa hatinya, ayat demi ayat, terlahirlah bait-bait syair, dilukis perasaan hatinya, garis demi garis, terbina sebuah lukisan, dilagukan suara hatinya, nada demi nada, sehingga tercipta lagu yang menyentuh kalbu. Demikianlah kejujuran hati seorang seniman sejati.
Jiwa seniman dapat menggarap kemiskinan, kesengsaraan, kepayahan dan kepahitan, jiwa seniman umpama radar yang menerima frekuensi keindahan, kecantikan, kesempurnaan dan keelokan serta mencernakannya bahasa hati dan bahasa jiwanya tadi kepada bahasa ibunda dengan ungkapan yang indah dan menyentuh jiwa pembaca, pendengar dan khayalak.
No comments:
Post a Comment