Nama lengkap Ibn ’Arabi adalah Abu Bakr Muhammad ibn ’Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn ’Abdillah al-Ta’iy al-Hatimy, lebih dikenal dengan sebutan Ibn ’Arabi. Ada yang menyebut dengan namanya Abu Bakr Muhammad ibn ’Ali Muhy al-Din al-Hatimi al-Ta’iy al-Andalusi, dan oleh para pengikutnya digelari dengan panggilan al-Syaikh al-Akbar.
Di Spanyol beliau juga dipanggil dengan Ibn Suraka, tetapi di Timur, biasanya, ia dipanggil tanpa sebutan (al) untuk membezakan beliau dengan al-Qadhi Abu Bakr Ibn al-’Arabi. Dilahirkan di Murcia, Spanyol, pada tarikh 17 Ramadhan 560 H bersamaan 28 Julai 1165 M, dari keluarga dermawan dan ahli zuhud yang saleh dan memiliki banyak karamah.
Ayahnya bernama ’Ali ibn Muhammad, seorang imam fiqh dan hadis, seorang tokoh zuhud dan ahli tasawwuf. Beliau adalah tokoh yang sangat terkenal dan berpengaruh dalam bidang politik. Beliau bersahabat akrab dengan para ahli falsafah. Beliau juga sebagai pegawai pemerintah di masa Muhammad ibn Mardanish, penguasa Murcia.
Pada umur 8 tahun (568 H./1173 M.), ibn ’Arabi dihantar oleh ayahnya ke Sevilla untuk mengikuti pendidikan secara formal di bawah bimbingan guru-guru tradisional. Beliau belajar al-Qur’an dan tafsir dari Abu Bakr ibn Khalaf, belajar hadis daripada Ibn Sarih al-Ru’aini dan belajar fiqh di bawah bimbingan Abu al-Qasim al-Saraf dari Cordova.
Muhammad Luthfi Jum’ah menyebut sebanyak 17 orang sebagai guru Ibn’Arabi. Ada cerita lain bahwa Ibn ’Arabi tinggal di tanah kelahirannya, Murcia, selama 8 tahun. Selama itu ia belajar membaca kaedah-kaedah bahasa dan sastra serta mempelajari agama.
Pada tahun 568 H., ia pergi ke Sevilla setelah orang-orang Muwahhidin menduduki Murcia.. Di Sevilla inilah ia menghabiskan masa kecil dan masa mudanya. Di sini ia mempelajari al-Qur’an, hadis dan fiqh di bawah bimbingan salah seorang murid Ibn Hazm al-Zahiry.
Beliau berkahwin dengan Maryam binti ’Abdun ibn ’Abd al-Rahman al-Bazy. Pada awal kehidupannya, Ibn ’Arabi bekerja sebagai sekretari gubernur di sana. Ibn ’Arabi pernah mengikuti pelajaran hadis dari Abu al-Qasim al- Khozastani dan para ulama lain, dan khususnya mempelajari kitab Sahih Muslim kepada Syeikh Abu al-Hasan ibn Abi Nasr dalam bulan Syawwal 606 H.
Konon beliau juga mendapat ijazah dari Abu Tahir al-Salafi. Pada usianya yang relatif muda, ia bertemu dengan dua orang wali wanita, yaitu Yasmin Mursianiyah dan Fatimah Qurtubiyah. Keduanya berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan kehidupan Ibn ’Arabi, khususnya Fatimah Qurtubiyah yang sudah lanjut usianya. Wanita ini berpengaruh dan berperanan sebagai pembimbing ruhani bagi Ibn ’Arabi selama dua tahun.
Ketika berusia 20 tahun, mulai nampaklah kecenderungan Ibn ’Arabi pada tasawwuf. Sebagai pemuda yang cerdas dan memiliki pandangan spiritual yang dalam, Ibn ’Arabi pergi meninggalkan Sevilla untuk mengelilingi Andalusia, dari satu kota ke kota lainnya. Dia menemui orang-orang saleh dan salihah, yang dijumpainya selama perjalanannya.
Pada salah satu perjalanannya, ketika muqim (singgah) di Cordova, Ibn ’Arabi bertemu dengan Ibn Rusyd, pengulas terbesar filsafat Aristoteles. Dalam pertemuan itu terjadilah dialog antara keduanya, yang masing-masing memetik manfaat daripadanya.
Setelah beralih ke dunia sufi, hampir seluruh sisa hidup Ibn ’Arabi dicurahkan untuk mempelajari dan mendalami tasawwuf. Dengan kesungguhan dan ketekunannya, maka dalam usia 30 tahun namanya sudah dikenal dikalangan ahli sufi dan juga di kalangan ulama-ulama fiqh di berbagai wilayah yang tersebar di seluruh Andalusia dn Maghrib.
Seterusnya sekitar tahun 590 H atau tahun 1201, 1202 M. Ibn ’Arabi mengadakan perjalanan ke wilayah Timur hingga sampai di Mekkah tahun 600H., dan menetap di sana selama 12 hari untuk menunaikan ibadah haji. Pada saat itu ia menulis surat untuk sahabatnya, Muhammad ibn ’Abd al-’Aziz Abi Bakr al-Qusyairy al-Mehdawy dari Tunis, juga untuk sahabatnya yang lain Abi ’Abdillah ibn al-Murabith.
Pada tahun 601 H. Ibn ’Arabi melanjutkan pengembaraannya ke Baghdad dan menetap di sana kurang lebih selama 7 tahun. Lalu ia kembali ke tanah suci Mekkah dan menetap di sana beberapa bulan lamanya. Kemudian pada akhir tahun berikutnya ia sampai di Asia Kecil. Di sini Ibn ’Arabi menerima hadiah sebuah rumah yang indah dari penguasa Nasrani. Namun rumah itu kemudian ia hadiahkan kepada seorang pengemis yang datang meminta-minta kepadanya.
Seterusnya Ibn ’Arabi pergi ke Aleppo dan kemudian ke wilayah Damsyiq untuk menziarahi masjid Bait al-Maqdis. Pada masa inilah Ibn ’Arabi pulang pergi antara Syam dan Hijaz. Akhirnya pada tahun 620 H., ketika telah berusia sekitar 60 tahun, ia menetap di Damaskus. Di sini pulalah ia menghabiskan sisa hidupnya untuk mengarang serta menyusun karya-karyanya, terutama dalam bidang tasawwuf.
Di akhir hayatnya, ia menyusun tafsir al-Qur’an dengan nama Tafsir al-Kabir, yang merupakan karya terakhirnya dan sekaligus merupakan satu-satunya karya yang tidak sempat ia siapkan, karena beliau meninggal di saat ia menulis ayat 65 surat al-Kahfi, yang terjemahannya :
”Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
Di saat itu pulalah Ibn ’Arabi meletakkan penanya yang masih basah dan berhenti menulis untuk selamanya. Ibn ’Arabi wafat pada hari Jumaat tanggal 28 Rabi’ al-Awwal 638 H. bersamaan 16 Nopember 1240 M., di rumah salah seorang muridnya yang bernama al-Qadhi Muhy al-Din ibn al-Zakiy. Kemudian jenazahnya dimandikan oleh al-Jamal ibn ’Abd al-Khaliq, ’Imad al-Din ibn al- Nuhhas dan Muhy al-Din sendiri. Murid-muridnya ini pulalah yang membawa jenazah Ibn ’Arabi ke lereng gunung Qasiyun, di luar Damaskus, untuk
dimakamkan.
Mengenai karya-karya Ibn ’Arabi, dapat dijelaskan sebagai berikut: ia adalah seorang penulis yang produktif dengan karyanya yang berjilid-jilid. Tingkat produktiviti, bakat dan imaginasinya sangat tinggi dan mengagumkan.
Jumlah karyanya yang tersebar di dunia Islam tidak dapat dipastikan, namun diperkirakan sekitar 300 buah, 150 di antaranya telah disusun katalognya oleh Brockelman, yang sekarang tersebar di berbagai perpustakaan, baik di Timur maupun di Barat.
Karya-karyanya tersebut mencakup bidang-bidang pengetahuan yang sangat luas, seperti ontologi, kosmologi, psikologi, tafsir al-Qur’an dan beberapa bidang lainnya. Karya-karyanya penuh dengan ungkapan simbolis dan esoteris, yang oleh sebagian penulis dipandang sebagai bukti bahwa karyanya itu merupakan ungkapan dari ilham samawi.
Judul-judul karya Ibn ’Arabi tercantum dalam beberapa buku, antara lain: Three Muslim Sages,Tarikh Falasifat al-Islam fi al-Masyriq wa al-Maghrib, Dairat al-Ma’arif al-Islamiyah, Ibn ’Arabi: The Great Muslim Mystic and Thinker.
Dua karya beliau yang monumental, yaitu al-Futuhat al-Makkiyyah fi Ma’rifat al-Asrar al-Mulukiyyah dan Fusus al-Hikam. Al-Fatuhat al-Makkiyyah fi Ma’rifat al-Asrar al-Mulukiyyah. Buku ini merupakan karya pokok Ibn ’Arabi dalam bidang tasawwuf, terdiri dari 4 juz (jilid), 6 fasal yang dibagi menjadi 560 bab.Bab 599 merupakan ringkasan dari keseluruhan isi buku.
Penulisannya dimulai di Makkah tahun 594 H. atau 1201 M. dan berakhir pada tahun 629 H. atau 1231 M. Dicetak beberapa kali, yaitu tahun 1269, 1294 dan 1329 M. Ada yang menyebutkan bahwa buku tersebut dicetak pertama kali di Bulaq, Mesir, tahun 1274 M. Buku tersebut disusun secara sistematik, bab-babnya disajikan dalam bentuk yang diungkap dengan gaya bahasa yang simbolis dan fantastis.
Karya ini dianggap sebagai sebuah ensiklopedia dunia mistik Islam. Lengkapannya ditulis atas petunjuk dan ilham Tuhan secara langsung. Ibn ’Arabi mengatakan: ”Ketahuilah, bahwa penulisan bab-bab al-Futuhat, bukanlah sebagai hasil pemilihan bebas menurut saya sendiri atau dimaksudkan sebagai perenungan. Sebenarnya Allah swt. mengimlakkan kepadaku apa yang kutulis dengan perantaraan malaikat wahyu”.
Untuk memudahkan memahami isi kitab al-Futuhat al-Makkiyyah ini, Sayyed ’Abd al-Wahhab ibn Ahmad membuat ringkasannya dengan judul Lawami’ al-Anwar al-Qudsiyyah al-Muntaqat min al-Futuhat al-Makkiyyah. Selanjutnya, ringkasan ini diringkas lagi dengan judul al-Kibrit al-Ahmar min ’Ulum al-Syaikh al-Akbar. Fusus al-Hikam.
Menurut Brockelman, buku ini ditulis oleh Sadr al-Din tahun 630 H. Atau 1232 M., dan telah dikemaskini oleh Ibn ’Arabi. Buku ini berisi tentang ajaran 25 rasul mulai dari Adam sampai kepada Muhammad. Buku ini telah dicetak beberapa kali, di Kairo tahun 1252 , 1304, 1309 dan 1329 M., dan di Istambul tahun 1897 M. Menurut Moulvi S.A.Q. Husaini, kitab Fusus al-Hikam adalah salah satu karya Ibn ’Arabi yang agak pendek, tetapi banyak diperbincangkan di Dunia Arab, Persia dan Turki.
Dengan cukup tegas Abu al-’Ala ’Afifi menyatakan bahwa buku ini adalah karya Ibn ’Arabi yang paling tinggi nilainya dan kedalamannya, serta paling besar pengaruhnya bagi pembentukan aqidah sufiyah pada masanya dan masa-masa berikutnya. Pada tahun 1929 M. buku ini diringkas dan diterjemahkan oleh Sahib Khaja Khan dengan judul Wisdom of the Prophet. Pada tahun 1955 M. diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh Titus Burckhardt dengan judul La Sagesse des Prophetes dan juga diterjemahkan ke dalm bahasa Turki oleh Nuri Benc Osmani dengan judul Sarkislam Klasikeli, Istambul 1952 M